Info Menarik
Loading...

Merajut Indonesia Lewat Platform Digital

Selepas mengisi acara kopdar komunitas di Kabupaten Sampang - Madura, pemilik blog ini melanjutkan perjalanan menuju Kota Pahlawan Surabaya. Setibanya di hotel, tempatku menginap dan kulihat jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, masih ada waktu cukup buat nonton IG Live Bincang Mimdan #8 yang diinisiasi oleh @merajut_indonesia yang akan dimulai pukul 19.30 WIB.

Merajut Indonesia Lewat Platform Digital

Dalam kesempatan ini, MIMDAN menghadirkan seorang blogger hits dari Bandung yakni Eva Sri Rahayu ditemani host cantik Evi Sri Rezeki, yang merupakan kembarannya teh Eva. Ternyata teh Eva Sri Rahayu ini baru saja meluncurkan novel terbarunya berjudul Labirin 8 yang bercerita tentang Sejarah Candi Borobudur dan Petualangan Sekumpulan Orang Menaklukkan Teka-teki di Candi Borobudur. Untuk lebih detailnya, mari kita ulas !!

Apa itu MIMDAN?

MIMDAN merupakan kepanjangan dari Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara, sebuah program kekinian yang diinisiasi oleh PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia). Eventnya biasa dilakukan secara online melalui live Instagram dengan tema yang berbeda setiap sesinya. Adapun tema Bincang MIMDAN #8 ini bertajuk Sejarah dan Budaya dalam Novela Platform Digital bersama Penulis Novel Labirin 8, Eva Sri Rahayu.

Tema Sejarah dan Budaya dalam Novela Platform Digital ini diangkat Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) #8 ini bertujuan untuk membedah dan mengembangkan media literasi sejarah dan budaya agar sejarah dan budaya Indonesia dapat bergaung di tingkat lokal, nasional maupun global.

Pramoedya Ananta Toerpernah berkata, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".

Apa yang disampaikan Pramoedya ini bukan sekedar menulis ataupun membaca, lebih jauh menyangkut literasi di dalam masyarakat. Sebegitu pentingnya literasi dalam sejarah kehidupan dan peradaban manusia sebab menyangkut identitas suatu masyarakat. Sejarah memiliki 3 dimensi yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan yang saling berhubungan. Apa yang terjadi di masa lalu dapat dipelajari dan di masa kini untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, menciptakan budaya yang tidak hanya mengambil sari pati di masa lalu tapi menyempurnakannya di masa kini.

Zaman yang dinamis telah sampai pada era digital, ilmu pengetahuan, cerita dan sebagainya yang dulu berbentuk prasasti berganti wajah menjadi buku. Kemudian saat ini dikenal buku digital, sudah banyak platform online yang menyediakan ruang untuk setiap orang membaca maupun menulis, ikut menumbuhkan budaya literasi di masa kini. Semua orang dapat menulis fiksi maupun nonfiksi, dalam mempelajari sejarah maupun budaya, generasi muda dapat menikmatinya lewat karya fiksi yang akan mengantarkan pada sumber sejarah primer.

Sejak Kapan Eva Sri Rahayu Aktif Menulis

Narasumber Bincang MIMDAN #8 Eva Sri Rahayu ini aktif menulis sejak kecil. Beragam karya, seperti komik dan cerpen, telah dibuat dalam jumlah terbatas bersama kembarannya Evi Sri Rejeki. Ketika memasuki usia remaja, Teh Eva mulai menulis cerpen. dan dibukukan sendiri dengan mesin tik. Ketika duduk di bangku SMA, ia mencoba mengirim cerpen ke majalah, walau belum berhasil.

Di waktu kuliah, teh Eva mulai menulis novel dengan panjang tulisan sekitar 2005. Lewat ide menulis itu, dirinya mengalami sejuta kehidupan dan menemukan makna di balik dunia menulis sehingga dirinya berkomitmen untuk menekuni dunia kepenulisan lebih mendalam lagi.

Novel Labirin 8, Sebuah Karya untuk Indonesia Tercinta

Novel Labirin 8 ini dipersembahkan teh Eva Sri Rahayu untuk Indonesia tercinta dan sebagai wujud cintanya terhadap sejarah dan budaya Indonesia serta warisan dunia yaitu Candi Borobudur. Labirin 8 ini muncul setelah sang penulis mengalami pergolakan batin yang mengantarkannya hingga bergabung di komunitas sejarah dan budaya yang mewarnai perjalan hidupnya dengan warna baru yang lebih seru. Tak hanya itu, dia pun sekaligus terjun langsung untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang budaya Indonesia yang dituangkannya dalam Buku Novel Labirin 8.

Ada pertanyaan cukup menyentuh batin yang dilontarkan narasumber dalam bincang MIMDAN #8 ini dan perlu untuk direnungkan bersama. Begini pernyataannya, tak ada salahnya kita mulai menjalani hidup sesuai dengan misi dan visi yang kita inginkan. Pasti langkahnya akan lebih pasti dan terarah. Kalau boleh tahu, sobat pembaca blog didikjatmiko.com sekalian visi dan misi hidupmu apa nih?

Hubungan Labirin 8 dengan Candi Borobudur

Menurut penulis buku Novel Labirin 8 yang disampaikan secara live di Instagram menyebutkan bahwa Labirin 8 ini menceritakan tentang sekumpulan anak muda yang terjebak di bawah Candi Borobudur karena bencana alam yaitu gempa. Sekumpulan pemuda yang terjebak tersebut bisa selamat dan keluar dari ruang gelap gulita apabila berhasil menjawab teka-teki. Sudah terbayangkan????

Ada 3 latar yang dimunculkan di Novel Labirin 8 yakni Candi Liangan, Mata air Jumprit dan Candi Borobudur itu sendiri. Penulis berharap, dengan dimunculkannya 3 latar ini bisa memberikan pencerahan dan edukasi ke masyarakat untuk turut serta melestarikan candi peninggalan Budha terbesar di Indonesia. Semoga peristiwa hilangnya stupa, vandalisme dan rusaknya relief serta kerusakan lainnya tidak terjadi lagi sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memiliki, melesatraikan dan menjaganya.

Oh ya, cerita fiksi yang dimunculkan di Novel Labirin 8 ini mengangkat sejarah, budaya dan mitos dalam masyarakat Indonesia yang dikemas dengan semenarik mungkin dengan dibumbui cerita misteri yang menjadikan diri ini menjadi sang pemberani. Novel Labirin 8 dengan kearifan lokalnya ini bisa kamu baca di platform digital Hipwee.

Pentingnya Menulis di Platform Digital

Bagi Kamu yang mau mencoba menulis di platform digital, ada dua jenis platform kepenulisan yang harus kamu ketahui, yakni platform bebas dan platform premium. Di platform bebas, kamu sebagai penulis bisa bebas dan leluasa membuat karya tanpa ada editor. Sementara di platform premium, penulis biasanya dicari lebih khusus dan ada editor yang bisa kamu jadikan sebagai teman diskusi dalam menciptakan karya. Setelah diskusi cukup matang, barulah karyamu diterbitkan.

Dengan menulis di platform digital, penulis bisa berinteraksi secara langsung dengan pembaca. Bahkan penulis bisa mendapatkan cerita dari pembaca yang bisa diulas kembali. Hasil dari tulisanmu di platform digital ini juga bisa dibukukan dan dicetak. Jadi, menulis di platform digital ini penting untuk dilakukan agar semakin banyak karya yang bisa kamu tuntaskan.

Kesimpulan

Demikian sedikit ulasan tentang obrolan yang diperbincangkan dalam Bincang MIMDAN #8 via @merajut_indonesia bersama Eva Sri Rahayu, Penulis Novel Labirin 8. Semoga ada manfaat dan hikmah yang dipetik. Nantikan obrolan seru lainnya du Bincang MIMDAN ya sahabat pembaca setia blogku sekalian.

Salam Merajut Indonesia dari Bojonegro, dari saya Didik Jatmiko.

Share with your friends

1 comment

  1. Nampaknya saya sepakat dengan salah satu quotes dari Pak Pram yang dikutip Kak Didik.
    Memang betul menulis menjadi salah satu aktifitas yang dibutuhkan saat ini. Terlebih di era digital seperti saat ini. Tentu dalam hal ini sangat dibutuhkan aktifitas membaca sebagai bagian yang tak terpisahkan dari menulis itu sendiri. Tulisan yang berkualitas tentu akan sangat berbanding lurus dengan aktifitas membaca yang berkualitas juga.
    Terimakasih Kak Didik atas inspirasinya hari ini.
    Jazaakallaah...

    ReplyDelete

Didik Jatmiko merupakan Blogger dan YouTuber dari Bojonegoro yang mencoba berkreasi, silahkan berkomentar sesuai postingan dan dilarang berkomentar menyinggung SARA dan SPAM.

Terima kasih telah berkunjung dan salam damai dari Bojonegoro.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done